Kamis, 03 Desember 2020

Penilaian Formatif Kelas Virtual

 

Penilaian Formatif Bukan Hanya Dalam Bentuk Tes Tulis. Bisakah?

7 Cara melakukan Penilaian Formatif Pada Kelas Virtual

Setiap selesai pembelajaran satu konsep maka seorang guru akan memberikan tes/kuis untuk mengukur kemampuan siswa, sudahkah mencapai  tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Saat pembelajaran di kelas (offline) tes atau kuis biasa dilaksanakan secara tertulis dalam berbagai bentuk soal atau dapat secara langsung misalnya dengan metode exit ticket atau think pair share.  Pada saat kelas virtual (online) ini,  Thumbs-up/thumbs-down, hand signals, online polls, discussion boards, and chat boxes digunakan untuk tes secara langsung guna mengecek pemahaman mereka sebelum konsep baru diajarkan, atau secara tidak langsung dengan paper and pencil tes yang diberikan melalui link yang dapat diakses siswa.

Tes dengan cara langsung sangat menarik dan menjadi tantangan untuk siswa karena mereka menjawab melalui platform yang digunakan saat kelas virtual (online) tersebut. Inilah metode-metode yang digunakan guru melakukan penilaian formatif yang secara kontinue diberikan kepada siswanya di kelas, yang bertujuan agar guru dapat merencanakan pembelajaran berikutnya berdasarkan pencapaian kemampuan siswa yang diketahui melalui penilaian ini.

Seorang Direktur IT di Albany Georgia, Vicki Davis menegaskan bahwa, “guru yang baik di setiap pelajaran akan menyesuaikan pembelajarannya mulai dari pengetahuan yang dimiliki siswa.” Penegasan diatas menunjukkan akan betapa pentingnya penilaian formatif dilakukan di kelas.

Untuk variasi app yang dapat disarankan agar digunakan guru untuk melaksanakan penilaian formatif diantaranya Nearpod. Kuis pendek, poling, survei dan games dapat digunakan melalui Nearpod untuk keperluan cek pemahaman siswanya sebelum mengajarkan konsep selanjutnya. Jangan menggunakan terlalu banyak app sehingga siswa menjadi bingung. Gunakanlah 2 sampai 3 tool paling banyak, yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya yang akan dicapai. Sesekali penting tidak melalui tools tersebut, namun lakukan komunikasi langsung one on one untuk mengetahui kemampuan mereka, dan ini membuat siswa merasa lebih baik menerimanya. “Dalam kelas virtual,  guru dan siswa berada jauh tidak saling bertemu di kelas seperti biasanya, sehingga dirasakan terisolasi dari sekelilingnya. Maka dengan adanya jadwal guru bertemu secara personal dengan siswanya one on one, akan membuat suasana yang lebih sosial interaction sehingga guru bisa memberikan penilaian kepada siswanya dan juga memberikan feedback atas hasil belajarnya (Andrew Miller, director of teaching and learning at the Singapore American School)

Beberapa metode dan tools yang bisa digunakan untuk penilaian formative secara virtual

1.    Dipstick

Penilaian formative bisa diberikan secara informally saat sessi opening kelas sebelum masuk pelajaran yang baru. Soal-soal pendek, cepat, cek (short-quickly-check) ditanyakan langsung kepada siswa. Kemudian secara cepat di respon melalui cara klik Thumbs-up/thumbs-down, hand signals, atau simbul-simbul lain yang mungkin. dimanfaatkan oleh guru dalam kelas virtual misalnya di Zoom app. Atau dengan memberikan sticky note atau potongan kertas untuk menjawab. Percakapan guru dan siswa di opening ini dapat juga guru posting pertanyaan yang “lucu” untuk mendorong keterlibatan siswa (engegement). Teknik lain dalam menjawab dapat menggunakan rentang angka 1-5 yang menunjukkan pada penguasaan siswa dalam konsep sudah diajarkan. Atau dengan simbul warna, hijau artinya ok saya sudah paham, kuning artinya jelaskan materi berikuntya pelan-pelan, saya baru paham sedikit, dan merah artinya saya belum paham, jangan lanjut dulu ke materi berikutnya.

 

2.    Digital Journals dan One Pagers

Penilaian formatif yang disajikan dalam bentuk journal diisi oleh siswa dengan pemahaman mereka terhadap konsep yang sudah diajarkan. Metode KWL atau 3,2,1 digunakan pada journal tersebut. K ( Know)  artinya apa yang sudah kalian tahu, W (What ) artinya apa yang ingin kalian tahu, dan L (Learn) artinya apa yang telah kamu pelajari. Ini metode KWL. Untuk metode 3,2,1 adalah 3 artinya temukan 3 hal yang kamu pahami, 2 artinya temukan 2 hal yang kamu suka (tertarik), 1 artinya temukan 1 hal yang tidak kamu pahami. “Journal Jot” dinamakannya, dengan tools Google Doc atau Blockboard Platform, direkomendasikan oleh Rebecca Alber, Profesor Edukasi di Los Angeles California. Sebaiknya dilaksanakan pada saat refleksi yang dilakukan di kelas, dan secara personal juga bisa dilaksanakan khusus siswa yang sekiranya memerlukan waktu yang lebih lama untuk memahami pembelajaran, rekfkesi yang dilakukan secara one on one agar lebih menggali kesulitan siswa tersebut. Guru dapat juga meminta siswa menuliskan materi inti, pertanyaan-pertanyaan atau ide tentang materi tsb sebanyak 1 halaman yang divariasikan dalam satu seni visual (gambar atau photo) yang mereka suka. Mereka melakukannya dengan bantuan teknologi seperti canva, atau google slide.  Ini dinamakan One Pagers inovasi tool teknologi yang ditemukan oleh Jill Fletcher, seorang koordinator kurikulum di Kapolei, Hawaii.

 

3.    Elevator Pitches and Tweets

Ajak siswa menuliskan kesimpulan, membuat sebuah  sintesa pelajaran yang telah mereka ikuti 2 menit pada saat live time kelas virtual menggunakan google doc, atau chat box, atau virtual board lainnya seperti Padlet. Dapat juga secara verbal langsung di kelas. Yaitu dengan meminta volunteer perwakilan siswa untuk melakukan elevator pitch yaitu memberikan kesimpulan dari pelajaran yang telah dipahami, yang disampaikan secara lisan selama maksimal 60 detik. Bahkan Matt Levinson, seorang Princial di Seatle Washington, menyarankan siswa menuliskan kesimpulan pelajarannya di telegram atau twitter dan di posting dengan memuat kata-kata yang terbatas.

 

 

 

4.    Square, Triangle, Circle

Ajak siswa memberikan penilaian dengan menjawab pertanyaan yang telah dituliskan di dalam kertas yang berbentuk :

Square à Topik apa yang sudah kalian pahami? Tuliskan di dalam kotak triangle tersebut

Triangle  à 3 Topik apa yang belum dipahami? Tuliskan di ketiga titik sudut triangle tersebut

Circle à Topik mana yang masih kalian pikirkan dan masih sedikit bingung, dan dapat didiskusikan kepada guru?

Teknis kegiatannya :

Pada pembelajaran asynchronous, siswa dapat menuliskan penilaian pemahaman mereka secara online pada dokumen latihan refleksi melalui platform apa saja yang diketahui. Tapi saat pembelajaran synchronous melalui live video, dapat menggunakan breakout room. Siswa dibagi per kelompok, dan sebelumnya siswa diminta memilih 1 bentuk dari 3 bentuk tersebut, kemudian berkelompok sesuai dengan bentuk yang dipilihnya. Mereka mendiskusikan penilian pemahaman yang mereka telah tuliskan kemudian menshare lagi ke kelompok kelas besar sebagai penutup.

 

5.    Art Asesment

Yaitu seperti mind-map, sketsa, kolase masih dapat digunakan secara virtual, juga seni dalam bentuk lain seperti musik atau drama apa yang mereka pahami tentang sebuah konsep. Seperti ;

a.    membuat iklan untuk mendeskripsikan dan memeasarkan sebuah konsep

b.    menggambar komik yang mencatat peristiwa dalam materi sejarah, atau mencatat sebuh prinsip ilmiah dalam materi sains.

c.    menulis lagu, puisi atau memerankan satu bab dari sebuah buku menjadi sebuah drama.

d.    merekam suara, membuat podcast, memotret apa yang sedang dikerjakan atau hasil karya dan diupload dan dishare secara virtual mengunakan platform apapun.

 

6.    Peer to Peer Evaluation

Merupakan salah satu bentuk evaluasi yang mendorong interaksi dan relationship antar siswa satu dengan yang lainnya. Ajak mereka terkoneksi dengan teman-temannya untuk saling memberikan feedback atas pemahaman pelajaran tertentu. Setiap minggu dapat diberikan teman virtual mereka atau minta mereka berpasangan satu sama lain dan saling terkoneksi untuk memberikan penilaian dan mengecek pemahaman satu dengan yang lainnya. Gunakan break out room di zoom atau platform lainnya di kelas virtualnya. Lakukan peer evaluation terhadap sebuah tugas yang telah selesai mereka kerjakan satu sama lain, di monitor juga oleh guru pelaksanaannya. Atau bisa juga meminta mereka merekan melalui audio atau video dan dikirim ke guru agar dapat di review. Kegiatan ini dapat dilakukan kelas asynchronous melalui google classroom. Di dalam kelas syncronous dapat digunakan metode talkshow panel. Misalnya dalam pelajaran sejarah. Tentang perang dunia ke II. Pilih 3 atau 4 siswa untuk merepresentasikan dan menirukan leaders dari negara yang berbeda dan minta mereka mengkomunikasikan dan mendiskusikan ide mereka di depan kawan-kawannya serta berikan kesempatan siswa lainnya memberikan pertanyaan untuk melatih thinking skill mereka. Berikan rubrik untuk semua siswa menilai kawannya dalam kegiatan talkshow panel tersebut.

 

7.    Virtual Exit Ticket

Dilaksanakan di akhir sessi dengan memberikan pernyataan atau pertanyaan yang dituliskan pada google doc. Siswa menjawab dan melaksanakan perintah tersebut secara pribadi langsung ke guru. Namun dapat juga dilaksanakan secara klasikal, sehingga siswa satu dengan yang lainnya dapat melihat, memberikan komentar dan juga saling memberikan tanggapan.

Gunakan open ended pernyataan/pertanyaan seperti di bawah ini agar dapat mendorong thinking skill siswa :

a.    Saya menemui hal yang paling menarik hari ini, yaitu..

b.    Hari ini saya merasa berat karena....

c.    Apa yang kamu pahami dengan baik?

d.    Hal apa yang masih membingungkan? Membuat kamu pusing?

e.    Adakah sesuatu yang tidak saya ketahui dari kalian?

f.    Apa yang kamu pikir penting 3 tahun dari sekarang?

g.    Bagaimana hubungan materi ini dengan pelajaran sebelumnya?

h.    Cara yang berbeda seperti apa yang telah kamu lakukan hari ini?


Sumber asli : https://www.edutopia.org/article/7-ways-do-formative-assessments-your-virtual-classroom


Tidak ada komentar:

Posting Komentar