Virtual Student Engagement
1.
Keterlibatan emosional
2.
Keterlibaan behavioral
3.
Keterlibatan kognitif
Jika ketiga hal tersebut terpenuhi maka anak dapat meningkatkan student achievement.
Melisa menggambarkan ketiga aspek tersebut pada framework dari student engagement seperti pada gambar di atas.
Keterlibatan Emosional
Keterlibatan emosional dapat terpenuhi jika pendidik membangun pada anak-anak di dalam kelasnya 3 hal ini yaitu learning community (komunitas belajar), strong relationship (hubungan yang kuat) dan growth mindset (pola pikir bertumbuh). Dengan cara ini akan tumbuh pada diri anak rasa memiliki, rasa saling menghargai diantara mereka, sehingga motivasi belajar mereka menjadi meningkat
Learning Community
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk membangun learning community di kelas virtual kita, dan ini menjadi sebuah tantangan tersendiri. Strategi tersebut misalnya :
- Establish team-building routines and rituals by having students take on class roles. Yaitu menciptakan peran bagi semua anak di kelas virtual kita, ada yang perannya pemimpin diskusi yang memimpin kelas saat sessi diskusi mulai, ada juga yang punya peran saat penutupan kelas dengan memberikan pertanyaan kepada temannya secara berpasangan atau secara berkelompok tentang apa yang telah kita pelajari pada sessi kelas kita dan apa yang telah kita capai pada pembelajaran kelas kita tadi. Ini menjadi sebuah rutinitas atau ritual yang selalu terlihat setiap pembelajaran kelas walau dengan cara virtual, namun tetap dapat dibangun dan diciptakan strategi seperti ini. Karena suasana belajar demikian ini dapat menumbuhkan learning community pada kelas kita,
- Complete social-emotional check-ins at the beginning of class. Yaitu melengkapi check-ins social emotional si anak saat kita membuka sessi kelas kita. Boleh dengan memilih emotional feelings di kolom chat pada tools yang kita gunakan, atau kita buat semacam digital form untuk anak tuliskan di sesi tersebut, atau dengan kita buatkan journal harian secara online. Apapun caranya tersebut sesungguhnya dapat memberikan si anak kesempatan mengekspresikan perasaan mereka saat di awal sessi kelas kita, dengan demikian akan menumbuhkan rasa memiliki dan menghargai diantara anggota kelas dan kita sebagai pendidik.
- Provide opportunities for students to share their interests with their peers. Yaitu siapkan waktu yang tidak terstruktur melalui jadwal pelajaran kesempatan mereka untuk berbagi dengan kawan kelasnya (peer grup) pada kegiatan show and tell, atau kegiatan Would Your Rather, atau kegiatan ngobrol-ngobrol diantara mereka. Dengan demikian walaupun secara virtual mereka tetap tidak kehilangan hubungan/koneksi di atara mereka sebagai sebuah komunitas kelas mereka.
Strong Relationship
Yaitu Hubungan yang kuat. Ini merupakan suatu yang tetap harus dibangun walaupun tidak semudah saat kelas berlangsung secara offline. Pendidik dapat mengoptimalkan sessi virtual class nya dengan menggunakan media digital discussion, share documents, atau online activities lainnya untuk dapat mengetahui lebih jauh ketertarikan dan minat belajar serta mengetahui learning style dan pasion mereka. Jika sudah tumbuh strong relationship ini pada anak-anak, maka tumbuh keyakinan pada jiwa pendidik bahwa anak-anak akan mampu menujukkan prestasi terbaiknya dan sebagai pendidik akan mampu mendorong agar anak menampilkan kemampuan terbaiknya dalam belajar. Saat mereka menemukan kesulitan, mereka tidak sungkan untuk meminta support dari kita sebagai pendidik.
Berikut ini beberapa strategi yang bisa digunakan :
- One-on-one or small-group virtual meetings with students. Yaitu virtual meeting untuk anak yang dilakukan satu per satu atau grup kecil. Sekolah dapat membuat jadwal misalnya 2 jam 30 menit dalam sepekan khusus sessi kita sebagai pendidik menjalin koneksi secara individu ataupun grup kecil agar anak dapat bercerita, dan pendidik dapat menemukan atau mengindentifikasikan kesulitan mereka serta kelebihan atau kekuatan yang mereka miliki dalam proses belajarnya
- Give students opportunities to collaborate. Yaitu berikan kesempatan anak untuk berkolaborasi di dalam proses pembelajarannya. Gunakan video discussion platforms, breakout rooms, and shared documents, sehingga anak dapat membangun relation (hubungan) yang kuat di atara mereka (teman sebaya) dan saling menyemangati serta mendorong untuk dapat naik ke tangga berikutnya meraih prestasi.
- Write down and incorporate student interests and strengths into class activities. Yaitu menuliskan list minat dan kekuatan anak serta mengakomodirnya dalam kegiatan di kelas. Ada sebuah kegiatan yang dapat mengakomodir ini di sebuah sekolah yang diberi nama Genius Hour Projects. Pada kegiatan ini anak dapat menemukan passionnya dan kegiatan ini juga sangat mempromote keingintahuan, keterampilan research, juga mengakomodir student choice (minat si anak yang menjadi pilihan mereka) dan otonomi anak (kepemilikian penuh si anak atas inovasi karya yang mereka buat)
Selama pembelajaran
online ini, anak memiliki tantangan besar untuk beradaptasi dengan digital
platform yang digunakan yang mungkin saja dapat menimbulkan keputusasaan mereka,
atau juga kelelahan karena seringnya beriinteraksi melalui screen. Oleh karenanya
menjadi penting bagi pendidik untuk menanamkan pola pikir bertumbuh (growth
mindset) kepada anak agar dapat survive dalam menjalani pembelajaran
secara virtual.
Beberapa strategi
yang dapat dicoba seperti di bawah ini:
- Instruction of growth mindset elements. Yaitu sejumlah kegiatan yang mensupport elemen dari pola pikir bertumbuh (growth mindset). Outline dari Carol S. Dweck (2017) menyebutkan ada 5 elemen yang dapat dikembangkan dari pola pikir ini yaitu berani mengambil tantangan, kemampun persistance (bertahan) saat mengalami kegagalan, mencari jalan agar dapat meraih kesuksesan, belajar dari kritikan-kritikan yang dihadapi, mendapatkan inspirasi dari kisah sukses seorang. Kegiatan “quote of the week” yang dillakukan di dalam kelas memberikan kesempatan anak mengembangkan pola pikir ini, melalui metode diskusi topik quote yang dipilih pada minggu tersebut.
- Optimize technology to provide feedback and praise. Yaitu mengoptimalkan penggunaan media teknologi untuk memberikan feedback dan praise (pujian). Melalui posting di sosial media, virtual discussion boards, digital class shout outs, dan mengirimkan emails ke orang tua, pendidik dapat share kebanggaan mereka terhadap anak dan karya-karyanya atau prestasi-prestasinya agar mereka dapat mencapai prestasi tertinggi mereka sendiri.
- Give the students opportunities to learn the value of challenges. Yaitu berikan kesempatan pada anak untuk belajar tentang hikmah-hikmah (nilai-nilai) dari sebuah tantangan yang diambil. Motivasi anak pada sebuah kelas yang dilead oleh Melisa menunjukkan peningkatan saat anak melakukan permainan Scavenger hunt atau kompetisi kelas lainnya.
Berlanjut >>>>
Referensi :
Melissa Childs is an instructional coach and a special education
teacher at Salmon River Middle School in Fort Covington, N.Y
http://www.ascd.org/ascd-express/vol16/num13/virtual-student-engagement-isnt-impossible.aspx?_hsenc=p2ANqtz--pC5Nrt4540Zg12pZTIMWrn5JEi2LZkkX71mNiQKeMqJGGPg5RKxHCA6PZ3bLjNjwajTykt8gkduuNeZOvnVt-9HfbiiumByEpxiHJIOrdFRmpd4E&_hsmi=115378710
|
|

mantappp mencerahkan
BalasHapusterimakasih.
HapusAlhamdulillah terimakaih bun
BalasHapus