Masa pandemi Covid 19 masih berlangsung hingga
saat ini, sekolah tutup sejak bulan
Maret tahun 2020 yang lalu dan pembelajaran dilakukan melalui daring.
Namun sejak awal April yang lalu telah mulai diuji coba kan pembelajaran tatap
muka di beberapa daerah di Indonesia ini, dengan menerapkan beberapa ketentuan
yang ditetapkan tentang protokol kesehatan untuk menghindari adanya penyebaran Covid
19 di cluster sekolah. Uji coba akan berlanjut di bulan Juni ini untuk
mempersiapkan sekolah memasuki Tahun Pelajaran 2021-2022 di bulan Juli
mendatang. Pembelajaran tatap muka ini mensyaratkan beberapa hal yaitu jadwal
tatap muka sepekan 3 kali secara bergantian (50% anak belajar tatap muka, 50%
anak belajar dari rumah), setting kelas diatur dengan jarak duduk 1,5
meter, dan wajib menggunakan masker, serta
aturan kesiapan fisik (lingkungan sekolah) terkait dengan tatanan norma baru
pada masyarakat, selain dari penerapan kurikulum darurat di sekolah. Pemerintah
kita telah benar-benar akan menerapkan pembelajaran tatap muka bertahap,
sekolah akan sudah mulai di buka di bulan Juli mendatang.
Bagaimana respon masyarakat mendengar berita ini? Menurut
hasil evaluasi dari uji coba tatap muka tersebut masih adanya ketidakdisiplinan
anak dan guru dalam hal penggunaan masker, dan masih terjadi kerumunan saat
bertemu. Oleh karenanya kondisi ini mengkhawatirkan sebagian masyarakat
sehingga mengambil keputusan tidak mengizinkan anaknya untuk belajar tatap
muka. Berdasarkan hasil Lembaga Arus
Survei Indonesia (ASI) mendapati bahwa sebanyak 75,8% publik setuju jika
pembelajaran tatap muka segera dibuka. Sementara 20,6% mengatakan tidak setuju
dan 3,6% mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.[1]
Bagaimana dengan anak-anak? Ada anak
yang belum berani untuk belajar tatap
muka, dan banyak yang senang, ingin segera belajar tatap muka, bertemu dengan
teman-teman dan guru-guru mereka walau tetap ada rasa kekhawatiran akan terkena
Covid 19.
Sebenarnya, apa yang menjadi
pertimbangan Pemerintah sehingga mengeluarkan kebijakan pembelajaran tatap muka
dapat dilakukan di awal Tahun Pelajaran 2021-2022 bulan Juli ini? Pertimbangan
tersebut diantaranya beberapa kendala penyelenggaraan pembelajaran daring yang
dilakukan sekolah, yaitu internet yang tidak lancar, paket data yang kehabisan,
daerah yang belum masuk sambungan internet, guru yang belum menguasai
pembelajaran secara digital, dan yang paling dikhawatirkan semakin meningkatnya
learning loss yang terjadi pada anak dalam penguasaan kompetensi yang dibelajarkan
melalui pembelajaran daring. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara kita
bahkan hampir di seluruh dunia. Anak mengalami penurunan kemampuan baik secara
kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan emosi dan psikologi terganggu
karena tidak adanya interaksi sosial. Akhirnya menyebabkan kesiapan memasuki
dunia kerja pun akan mengalami gangguan karena kompetensi yang menurun.
Sebagai pendidik, baik pembelajaran tatap muka maupun
pembelajaran jarak jauh yang akan dilaksanakan, maka tetap harus mempersiapkan peningkatan
kompetensi mengajar dan penguasaan manajemen kelas kita agar anak mendapatkan
pembelajaran yang bermakna yang dapat menumbuhkembangkan potensi mereka,
apalagi kondisi learning loss pada anak sudah mengancam di depan mata
kita.
Apa saja yang dipersiapkan untuk menyambut anak-anak
nanti di kelas kita bila sekolah di buka? Dua tips berikut ini dapat diperhatikan yaitu :
1. Cek kondisi emosi /mental kita sebagai
pendidik dan anak kita.
Selama masa pandemi Covid 19 ini kondisi ketidakpastian
sudah mengganggu kesehatan mental kita semua, kita sebagai pendidik maupun anak
sebagai pembelajar. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal pada anak diperlukan
mengakses rasa senang, rasa semangat, rasa nyaman dan aman yang tentunya bisa kita berikan saat kondisi
kita pun sebagai pendidik mempunyai state of mind yang sama. State of mind senang, semangat, ceria, nyaman
dan aman akan memunculkan proses kreatif yang diperlukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Sama halnya kita sebagai pendidik, ide-ide kreatif dalam
perencanaan pembelajaran akan mudah ditemui saat kita mengakses state of
mind ini.
Kathryn Fishman-Weaver, seorang Director of Academic Affairs and Engagement, Mizzou
K–12, California dalam sebuah artikel tentang pembelajaran sosial dan emosi (Social
and Emotional Learning/ESL)[2]
menyebutkan 5 Tips yang dapat dilakukan oleh kita sebagai pendidik yaitu :
Ø
Set the stage : Buatlah suasana kelas yang aman dan nyaman untuk anak.
Penuh rasa senang, saling memiliki, saling menghargai, saling menyayangi,
saling support sebagai sebuah
komunitas kelas yang kuat dan tingkatkan engagement di antara mereka
dengan cara banyak melakukan percakapan-percakapan yang menumbuhkan kedekatan
diantara mereka. Temukan dan setting ruang dan waktu untuk kegiatan ini.
Ø
Mengajarkan belief “the only
way out is through“ Diantara topik yang
dapat diobrolkan dalam percakapan di atas dengan mereka adalah seputar pengalaman
mereka setahun lalu mengikuti pembelajaran jarak jauh. Seperti apa yang paling susah
dan yang paling mudah dialami saat PJJ, apakah masuk Tatap Muka ini muncul
kekhawatiran, apa yang menjadi harapan di kelas Tatap Muka ini, kira-kira apa
yang membuat merasa aman, senang, semangat, ceria saat PTM ini, dst. Tujuan
besarnya kegiatan ini adalah mendorong tumbuhnya rasa kebersamaan dalam sebuah
komunitas kelas yang kuat. Belief yang diajarkan adalah “the only way out is
through”
Ø
Cek temperatur emosi. Salah satu cara mengenalkan macam-macam emosi
pada anak. Di sesi pembukaan pembelajaran bisa diajukan pilihan ke anak,
misalnya senang, sedih, semangat, takut, atau dua emosi sekaligus. Dapat dielaborasi lagi dengan menuliskan
jurnal tentang apa yang mereka rasakan, melukiskan melalui gambar, sketsa dst
atau perlu pendekatan personal untuk anak-anak yang khusus. Tujuan dari
kegiatan ini anak dapat menamakan emosi yang sedang dirasakan dan dapat
mengatasinya.
Ø
Lakukan Brain Body Scan. Tarik nafas dalam, dengarkan
apa yang sedang dirasakan oleh tubuh anak kita. Mungkin sedang merasa takut,
sedang merasa kuatir, atau memang merasa senang. Lakukan streching, jalan-jalan
keluar menghirup udara segar atau menghangatkan tubuh dengan sinar matahari
pagi. Lakukanlah apa yang sedang tubuh anak kita perlukan, sampai kondisi
mereka kembali OK untuk dapat berkonsentrasi lagi mengikuti proses
pembelajaran. Lakukan ini setiap break session setiap hari
Ø
Student Wellnes Choice Board. Ini adalah salah satu kegiatan pilihan dalam
board yang dapat diberikan kepada anak untuk menumbuhkan kondisi OK
(nyaman, senang, aman, semangat, ceria) sehingga dapat masuk kegiatan
pembelajaran dengan baik
2. Siapkan pembelajaran efektif untuk sessi tatap muka maupun sessi online.
Perencanaan pembelajaran penting dilakukan dengan cermat
oleh pendidik. Memperhatikan kondisi learning loss yang saat ini terjadi menjadi
konsideran yang penting, sehingga perencanaan yang baik didahului dengan
pemetaan kompetensi pada anak. Berikan kepada mereka diagnotis asessment
sebelum sebuah konsep baru dipelajari mereka.
“A diagnostic assessment is a form of
pre-assessment where teachers can evaluate students’ strengths, weaknesses,
knowledge and skills before their instruction. A diagnostic assessment refers to an assignment
written at the beginning and end of a course”.[3]
Dengan diagnostic assesment maka
dapat diketahui apa yang sudah anak pahami (kekuatan mereka) apa yang belum
meraka kuasai (kelemahan mereka) dari kompetensi (pengetahuan, keterampilan)
yang telah dipelajari sebelumnya. “Good teachers in every
subject will adjust their teaching based on what students know at each point,” [4] Seorang Direktur IT di Albany Georgia, Vicki Davis menegaskan tentang pendidik yang bagus akan menyesuaikan pembelajarannya berdasarkan
atas pengetahuan yang telah anak ketahui. Sehingga mereka akan melakukan perencanaan
berdasarkan hasil asessment ini kemudian melakukan pembelajaran dengan learning
objective yang ditetapkan berdasarkan kompetensi dalam kurikulum. Kemudian
setelah pembelajaran, berikan kembali diagnostic assesment. Adakah progress
yang dicapai anak setelah pembelajaran dilakukan. Untuk selanjutnya pembelajaran
berproses sampai anak mencapai ketuntasan kompetensi mereka, dan lakukan assesment
for learning, not learning for assesment. Penilaian untuk pembelajaran agar anak
mencapai kompetensi yang diharapkan secara berkesinambungan, bukan pembelajaran
untuk penilaian sehingga anak hanya melakukan pembelajaran untuk dinilai. Penilaian
untuk pembelajaran yang sukses menghasilkan kemajuan kompetensi anak yang
semakin meningkat dan berkesinambungan. Successful
Assessment for Learning strategies result in improved learner progress on a
continual basis”.[5] Untuk teknik-teknik penilaian yang dilakukan
selama proses pembelajaran dapat menggunakan tool digital yang bervariasi. https://ellaedu.blogspot.com/2020/12/penilaian-formatif-kelas-virtual.html dapat dibaca untuk mempelajari teknik
penilaian ini, bisa dilakukan secara online maupun offline.
Menyiapkan pembelajaran tatap muka di bulan Juli nanti
diharapkan tetap mengakses digital toods yang digunakan saat
pembelajaran jarah jauh dilakukan. Sebab pelaksanaan pembelajaran tatap muka
ini tidak seperti pembelajaran tradisional yang telah setahun ini tidak
dilakukan lagi. 50% anak hadir di sekolah dan 50% anak yang lain belajar di
rumah. Siapkan pembelajaran yang efektif agar dapat mengakomodir pembelajaran online
(belajar di rumah) dan offline (tatap
muka). Blended learning salah satu strategi pembelajaran yang dapat
mengakomodir keduanya. Empat langkah sederhana ini dapat dilakukan :
1.
Siapkan jadwal belajar harian anak. Gunakan
choice board untuk memudahkan anak menset pilihan pembelajaran
yang akan mereka lakukan secara mandiri.
2.
Siapkan video-video pembelajaran yang dapat
diakses anak kapanpun dalam sebuah platform LMS yang mudah. Seperti google
classroom, nearpod atau padlet.
3.
Berikan kegiatan yang dapat mengakses
keterlibatan anak yang maksimal sehingga mereka senang, tidak bosen karena
kegiatannya tidak menantang bagi mereka. Gunakan berbagai metode pembelajaran
siswa aktif.
4.
Tetapkan aturan belajar dan terapkan dengan
konsisten
Demikian 2 (dua) tips yang dapat diperhatikan kita sebagai
pendidik untuk menyiapkan pembelajaran tatap muka di bulan Juli mendatang,
sehingga menghasilkan anak yang senang dan sukses pada pembelajaran mereka dan menjadi
salah satu cara yang dapat kita lakukan dalam mengantisipasi learning loss yang terjadi
pada anak-anak kita.
[1] https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5551522/hasil-survei-lembaga-asi-758-publik-setuju-sekolah-tatap-muka-dimulai, diakses 05 Juni 2021
[2] https://www.edutopia.org/article/5-tips-center-student-wellness-during-school-reentry diakses 05 Juni 2021
[3] https://tophat.com/glossary/d/diagnostic-assessment/, diakses 06 Juni 2021
[4] https://www.edutopia.org/article/7-ways-do-formative-assessments-your-virtual-classroom, diakses 06 Juni 2021
[5] :Dr Cheryl A Jones, assessment for learning, Published by
the Learning and Skills Development Agency, 2005, page 1
