
Di sebuah sekolah seorang guru sedang mengajar pelajaran Fisika kepada anak-anaknya di kelas 8 SMP. Di dalam kelas ada anak yang hadir di kelas dan ada yang hadir secara online, guru melakukan pembelajaran secara hybrid. Ini sesuai dengan kebijakan pemerintah mengingat situasi masih PPKM karena pandemi covid 19.
Kegiatan awal digunakan untuk mengabsen anak-anak satu per satu. Guru berkenalan dengan anak karena ini pertemuan pertamanya di kelas tersebut. Setelah itu guru melakukan tanya jawab materi fisika tentang Gerak dan konsep lainnya pada materi ini, diantaranya tentang GLB, GLBB, Titik Acuan, Jarak dan Perpindahan. Beberapa siswa menjawab secara spontan dan yang lain menjawab setelah dipanggil namanya. Guru membagi perhatian antara yang di kelas dan di rumah dengan adil. Di dalam penjelasan guru tersebut disertai dengan penyajian gambar yang menunjukkan tentang konsep gerak, jarak, dan perpindahan. Juga disajikan contoh-contoh soal tentang konsep tersebut. Setelah kegiatan berjalan 1 jam (60 menit) guru menutup kegiatan pembelajarannya di kelas.
Pertanyaannya : 1. bagaimana keterlibatan anak pada kegiatan di atas? Manakah yang lebih aktif? Guru atau anak ?
Melihat gambaran cerita di atas maka terlihat keaktifan anak belum optimal, guru baru menjadikan anak sebagai obyek dari pembelajarannya, guru masih menggunakan teacher centered approach. Pembelajaran seperti ini secara umum masih ditemukan di kelas-kelas, dan menyebabkan anak kurang keterlibatannya pada pembelajaran yang mereka dapat di sekolah. Pembelajaran akan efektif saat guru menggunakan student centered approach. Pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif pada kegiatan yang disajikan guru di kelas. Anak sebagai subyek pembelajarannya. Salah satu strateginya melalui cooperative learning strategy.
Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran kelompok. Anak mengerjakan tugas secara bersama-sama dalam satu kelompok kecil. Contoh metode pada cooperative learning strategy diantaranya number head together, zigsaw, think pair share, turn and talk, discussion, dan masih banyak lagi.
Bagaimana cooperative learning dipraktekkan pada pembelajaran? Esensinya cooperative learning dipraktekkan dengan membagi anak dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas bersama-sama. Mereka saling berdiskusi di dalam kelompok mereka. Masing-masing anggota didorong untuk berpikir menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Mereka saling bertukar pikiran pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan. Menganalisis permasalahan, mengeneralisasikan dan memberikan keputusan secara bersama tentang materi yang sedang dipelajari. Tugas yang diberikan dapat berupa pertanyaan singkat untuk menguji pemahaman anak baik di awal atau di akhir, maupun berupa perintah penyelesaian masalah yang lebih kompleks dalam proses penanaman pemahaman anak yang lebih dalam terhadap sebuah materi.
Apa manfaatnya pembelajaran cooperative learning untuk anak sebagai pembelajar? 1. menjadikan anak lebih bertanggungjawab dan rasa memiliki terhadap pembelajaran yang sedang dilakukannya,
2. menjadikan anak lebih aktif interaktif dengan kawannya didalam kelompoknya, 3.menjadikan anak lebih terlatih keterampilan berpikirnya, dengan melakukan diskusi dan saling berbagi pendapat untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya,
4. dapat meningkatkan student achievement, self esteem, meta cognitive, kecerdasan emosi (psychological health),
5. Melatih keterampilan kolaborasi dan komunikasi yang sangat diperlukan anak di masa depannya
The authors of Classroom Instruction that Works cite research showing that organizing students in cooperative learning groups can lead to a gain as high as 28 percentiles in measured student achievement (Marzano, Pickering, and Pollock 2001).(https://www.teachervision.com/professional-development/cooperative-learning)
Other researchers report that cooperation typically results in higher group and individual achievement, healthier relationships with peers, more metacognition, and greater psychological health and self-esteem (Johnson and Johnson 1989). (https://www.teachervision.com/professional-development/cooperative-learning)
Bagaimana kegiatan guru di atas? Dapatkah disajikan dengan Cooperative Learning?
Pembukaan : (1) Berikan penjelasan pada anak apa tujuan kita belajar tentang Materi Gerak, meliputi konsep-konsep apa saja, apa contoh penyelesaian masalah sehari-hari yang ditemukan sehingga anak perlu belajar tentang materi ini. Apa profesi yang berhubungan dengan aplikasi ilmu tentang materi Gerak dan konsep-konsep lainnya. (2) Ajak anak berdiskusi ilmu apa yang sebelumnya berhubungan dengan konsep Gerak ini? Galilah pemahaman mereka tentang konsep tersebut.
Kegiatan inti : Bagi anak beberapa kelompok. Tentukan metode yang akan digunakan (think pair share, turn and talk, zigsaw, dst). Berikan tugas sesuai dengan metode yang digunakan tersebut. Salah satunya dapat menyelesaikan tugas berdiskusi tentang pertanyaan yang guru berikan, atau dapat diberikan sebuah percobaan dengan berbagai benda. Mereka diminta temukan dan memberikan kesimpulan tentang gerak dan konsep yang meliputinya. Setelah nya berikan contoh soal penyelesaian masalah pada materi ini. Berikan waktu mereka mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Penutup : melakukan refleksi, sejauh mana keterlibatan mereka pada pembelajarannya, sejauh mana pemahaman yang mereka dapati dan berikan reviewnya, atau tugas homework mengerjakan soal penyelesaian masalah sebanyak 5 soal, dan menjadi ticket masuk kelas pertemuan berikutnya.
Pembelajaran dengan cooperative learning sangat penting menjadi perhatian guru. Usahakan setiap pembelajaran yang dilakukan di kelasnya dilakukan dengan strategi ini. Ini sangat penting dilakukan karena anak makhluk sosial yang membutuhkan mereka berinteraksi dengan sesamanya, dan mengingat anak belajar dengan cara mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian akan tercipta pengalaman belajar yang menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan student achievement (prestasi belajar) mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar