Minggu, 27 Desember 2020

Mengatasi Boring dalam Pembelajaran Online

 


Tidak terasa sudah lebih dari 9 bulan pembelajaran online berlangsung di semua sekolah. Guru dan siswa banyak mengeluhkan kejenuhan menjalankan model pembelajaran ini. Mereka terus mengakses layar komputer atau Hp sehingga mata menjadi lelah, tidak ada yang disentuh selain menyentuh screen,  melihat dan bercakap-cakap melalui layar kaca tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut, guru-guru di beberapa negara telah menggunakan berbagai platform media sosial untuk menjalankan pembelajaran mereka, seperti live instagram, video posting di instagram, dan bahkan menggunakan Tik Tok. Contohnya seorang guru TK menggunakan TikTok sehingga anak-anak termotivasi melihat gurunya dan lebih terlibat. Demikian  diceritakan seorang guru taman kanak-kanak kepada New York Times. Menggunakan instagram menjadi strategi yang menarik dan kreatif bagi guru generasi milenial (Gen Z). Ya, sebagai sebuah pembelajaran yang dapat melibatkan siswa lebih banyak, disebut sebagai beyond teaching, bukan hanya sebagai gimmick.

Pembelajaran dengan strategi menggunakan social media penting dan menarik (Buyssens). Selain itu aplikasi game juga menjadi alternatif bahan dan alat  dalam pembelajaran, seperti Among Us, yang menjadi bahan pembelajaran untuk dianalisa seberapa pengaruh game ini di kalangan remaja. Mereka bermain game ini sebagai selingan di waktu break dari online learning yang mereka ikuti. Minecraft (cek link ini https://education.minecraft.net/how-it-works/what-is-minecraft ) menjadi salah satu tool dalam pembelajaran online. Mengapa? Sebab anak menjadi lebih terlibat, suasana belajar menjadi lebih asyik. Melakukan online learning melalui live instagram kemudian anak dapat melanjutkan membuat video tugas sesuai materi yang diajarkan melalui video di instagram mereka, maupun guru memberikan kuis-kuis melalui video instagram mereka, akan menjadi lebih berbeda dan mendorong kreatifitas anak dan pastinya dengan guru demikian  juga.

Ajak anak lebih banyak mengeksplore game-game yang sedang mereka mainkan dan tugaskan mereka menganalisa baik buruknya game tersebut. Tugaskan mereka membuat tulisan opini yang dapat dimuat di koran atau majalah elektronik tentang game yang sedang didiskusikan tersebut. Atau sebaliknya, tugaskan mereka membaca sebuah opini tentang sebuah aplikasi game. Tuliskan atau ceritakan pengalaman mereka bermain game tersebut dan diskusikan bersama kawannya tentang positif dan negatif dari permainana tersebut. Ajak mereka menemukan atau menciptakan game-game creative lainnya yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Philip Williams, seorang pustakawan sebuah sekolah di Singapura, telah menggunakan Roblox, platform untuk pra remaja yang sangat populer untuk mengajarkan konsep fisika. (https://blog.roblox.com/2011/12/a-brief-history-of-physics-in-video-games/atau https://corp.roblox.com/education/).

Pengalamannya menceritakan selama masa lockdown anak-anak mampu menciptakan mesin Rube Goldberg









William juga mengatakan bahwa ia terus akan menggunakan platform ini dalam mengajar fisika, melihat anak-anak tertarik mempelajarinya. Ia memilih menggunakan metode direct teaching sebentar, kemudian dilanjutkan peran guru sebagai fasilitator, menciptakan komunitas praktik yang live and interactive. Kemudian memberikan dukungan yang diperlukan untuk mempertahankan interaksi yang konstruktif,  mengajukan pertanyaan guna memperluas pemikiran anak-anak dan mendorong mereka untuk terus mengembangkan keterampilannya dengan cara baru. Ya...Inovasi atau Creating something new, yang merupakan tahap thinking skill yang tertinggi pada teori Bloom.

Pembelajaran online bukanlah hanya sekedar memindahkan pembelajaran di kelas secara online. Namun ini merupakan pembelajaran kreatif yang dapat mengeksplore penggunaan teknologi-teknologi yang ada, sehingga anak mencapai pemahaman anak sebuah konsep baru dengan cara yang mudah dan menarik. Mereka terdorong untuk terlibat aktif pada proses belajarnya, menyenangkan sehingga optimal modalitas belajar yang mereka miliki (visual, auditori dan kinestetik).

 

Ayo terus melakukan kreatifitas agar pendidikan kita semakin maju, kawan!

Game yang ingin digunakan diseleksi juga nilai-nilai yang tidak bagus untuk anak-anak kita ya...!

 

Sumber : https://www.technologyreview.com/2020/12/12/1014220/kids-zoom-fatigue-remote-learning-roblox-instagram/

 

Kamis, 03 Desember 2020

Penilaian Formatif Kelas Virtual

 

Penilaian Formatif Bukan Hanya Dalam Bentuk Tes Tulis. Bisakah?

7 Cara melakukan Penilaian Formatif Pada Kelas Virtual

Setiap selesai pembelajaran satu konsep maka seorang guru akan memberikan tes/kuis untuk mengukur kemampuan siswa, sudahkah mencapai  tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Saat pembelajaran di kelas (offline) tes atau kuis biasa dilaksanakan secara tertulis dalam berbagai bentuk soal atau dapat secara langsung misalnya dengan metode exit ticket atau think pair share.  Pada saat kelas virtual (online) ini,  Thumbs-up/thumbs-down, hand signals, online polls, discussion boards, and chat boxes digunakan untuk tes secara langsung guna mengecek pemahaman mereka sebelum konsep baru diajarkan, atau secara tidak langsung dengan paper and pencil tes yang diberikan melalui link yang dapat diakses siswa.

Tes dengan cara langsung sangat menarik dan menjadi tantangan untuk siswa karena mereka menjawab melalui platform yang digunakan saat kelas virtual (online) tersebut. Inilah metode-metode yang digunakan guru melakukan penilaian formatif yang secara kontinue diberikan kepada siswanya di kelas, yang bertujuan agar guru dapat merencanakan pembelajaran berikutnya berdasarkan pencapaian kemampuan siswa yang diketahui melalui penilaian ini.

Seorang Direktur IT di Albany Georgia, Vicki Davis menegaskan bahwa, “guru yang baik di setiap pelajaran akan menyesuaikan pembelajarannya mulai dari pengetahuan yang dimiliki siswa.” Penegasan diatas menunjukkan akan betapa pentingnya penilaian formatif dilakukan di kelas.

Untuk variasi app yang dapat disarankan agar digunakan guru untuk melaksanakan penilaian formatif diantaranya Nearpod. Kuis pendek, poling, survei dan games dapat digunakan melalui Nearpod untuk keperluan cek pemahaman siswanya sebelum mengajarkan konsep selanjutnya. Jangan menggunakan terlalu banyak app sehingga siswa menjadi bingung. Gunakanlah 2 sampai 3 tool paling banyak, yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya yang akan dicapai. Sesekali penting tidak melalui tools tersebut, namun lakukan komunikasi langsung one on one untuk mengetahui kemampuan mereka, dan ini membuat siswa merasa lebih baik menerimanya. “Dalam kelas virtual,  guru dan siswa berada jauh tidak saling bertemu di kelas seperti biasanya, sehingga dirasakan terisolasi dari sekelilingnya. Maka dengan adanya jadwal guru bertemu secara personal dengan siswanya one on one, akan membuat suasana yang lebih sosial interaction sehingga guru bisa memberikan penilaian kepada siswanya dan juga memberikan feedback atas hasil belajarnya (Andrew Miller, director of teaching and learning at the Singapore American School)

Beberapa metode dan tools yang bisa digunakan untuk penilaian formative secara virtual

1.    Dipstick

Penilaian formative bisa diberikan secara informally saat sessi opening kelas sebelum masuk pelajaran yang baru. Soal-soal pendek, cepat, cek (short-quickly-check) ditanyakan langsung kepada siswa. Kemudian secara cepat di respon melalui cara klik Thumbs-up/thumbs-down, hand signals, atau simbul-simbul lain yang mungkin. dimanfaatkan oleh guru dalam kelas virtual misalnya di Zoom app. Atau dengan memberikan sticky note atau potongan kertas untuk menjawab. Percakapan guru dan siswa di opening ini dapat juga guru posting pertanyaan yang “lucu” untuk mendorong keterlibatan siswa (engegement). Teknik lain dalam menjawab dapat menggunakan rentang angka 1-5 yang menunjukkan pada penguasaan siswa dalam konsep sudah diajarkan. Atau dengan simbul warna, hijau artinya ok saya sudah paham, kuning artinya jelaskan materi berikuntya pelan-pelan, saya baru paham sedikit, dan merah artinya saya belum paham, jangan lanjut dulu ke materi berikutnya.

 

2.    Digital Journals dan One Pagers

Penilaian formatif yang disajikan dalam bentuk journal diisi oleh siswa dengan pemahaman mereka terhadap konsep yang sudah diajarkan. Metode KWL atau 3,2,1 digunakan pada journal tersebut. K ( Know)  artinya apa yang sudah kalian tahu, W (What ) artinya apa yang ingin kalian tahu, dan L (Learn) artinya apa yang telah kamu pelajari. Ini metode KWL. Untuk metode 3,2,1 adalah 3 artinya temukan 3 hal yang kamu pahami, 2 artinya temukan 2 hal yang kamu suka (tertarik), 1 artinya temukan 1 hal yang tidak kamu pahami. “Journal Jot” dinamakannya, dengan tools Google Doc atau Blockboard Platform, direkomendasikan oleh Rebecca Alber, Profesor Edukasi di Los Angeles California. Sebaiknya dilaksanakan pada saat refleksi yang dilakukan di kelas, dan secara personal juga bisa dilaksanakan khusus siswa yang sekiranya memerlukan waktu yang lebih lama untuk memahami pembelajaran, rekfkesi yang dilakukan secara one on one agar lebih menggali kesulitan siswa tersebut. Guru dapat juga meminta siswa menuliskan materi inti, pertanyaan-pertanyaan atau ide tentang materi tsb sebanyak 1 halaman yang divariasikan dalam satu seni visual (gambar atau photo) yang mereka suka. Mereka melakukannya dengan bantuan teknologi seperti canva, atau google slide.  Ini dinamakan One Pagers inovasi tool teknologi yang ditemukan oleh Jill Fletcher, seorang koordinator kurikulum di Kapolei, Hawaii.

 

3.    Elevator Pitches and Tweets

Ajak siswa menuliskan kesimpulan, membuat sebuah  sintesa pelajaran yang telah mereka ikuti 2 menit pada saat live time kelas virtual menggunakan google doc, atau chat box, atau virtual board lainnya seperti Padlet. Dapat juga secara verbal langsung di kelas. Yaitu dengan meminta volunteer perwakilan siswa untuk melakukan elevator pitch yaitu memberikan kesimpulan dari pelajaran yang telah dipahami, yang disampaikan secara lisan selama maksimal 60 detik. Bahkan Matt Levinson, seorang Princial di Seatle Washington, menyarankan siswa menuliskan kesimpulan pelajarannya di telegram atau twitter dan di posting dengan memuat kata-kata yang terbatas.

 

 

 

4.    Square, Triangle, Circle

Ajak siswa memberikan penilaian dengan menjawab pertanyaan yang telah dituliskan di dalam kertas yang berbentuk :

Square à Topik apa yang sudah kalian pahami? Tuliskan di dalam kotak triangle tersebut

Triangle  à 3 Topik apa yang belum dipahami? Tuliskan di ketiga titik sudut triangle tersebut

Circle à Topik mana yang masih kalian pikirkan dan masih sedikit bingung, dan dapat didiskusikan kepada guru?

Teknis kegiatannya :

Pada pembelajaran asynchronous, siswa dapat menuliskan penilaian pemahaman mereka secara online pada dokumen latihan refleksi melalui platform apa saja yang diketahui. Tapi saat pembelajaran synchronous melalui live video, dapat menggunakan breakout room. Siswa dibagi per kelompok, dan sebelumnya siswa diminta memilih 1 bentuk dari 3 bentuk tersebut, kemudian berkelompok sesuai dengan bentuk yang dipilihnya. Mereka mendiskusikan penilian pemahaman yang mereka telah tuliskan kemudian menshare lagi ke kelompok kelas besar sebagai penutup.

 

5.    Art Asesment

Yaitu seperti mind-map, sketsa, kolase masih dapat digunakan secara virtual, juga seni dalam bentuk lain seperti musik atau drama apa yang mereka pahami tentang sebuah konsep. Seperti ;

a.    membuat iklan untuk mendeskripsikan dan memeasarkan sebuah konsep

b.    menggambar komik yang mencatat peristiwa dalam materi sejarah, atau mencatat sebuh prinsip ilmiah dalam materi sains.

c.    menulis lagu, puisi atau memerankan satu bab dari sebuah buku menjadi sebuah drama.

d.    merekam suara, membuat podcast, memotret apa yang sedang dikerjakan atau hasil karya dan diupload dan dishare secara virtual mengunakan platform apapun.

 

6.    Peer to Peer Evaluation

Merupakan salah satu bentuk evaluasi yang mendorong interaksi dan relationship antar siswa satu dengan yang lainnya. Ajak mereka terkoneksi dengan teman-temannya untuk saling memberikan feedback atas pemahaman pelajaran tertentu. Setiap minggu dapat diberikan teman virtual mereka atau minta mereka berpasangan satu sama lain dan saling terkoneksi untuk memberikan penilaian dan mengecek pemahaman satu dengan yang lainnya. Gunakan break out room di zoom atau platform lainnya di kelas virtualnya. Lakukan peer evaluation terhadap sebuah tugas yang telah selesai mereka kerjakan satu sama lain, di monitor juga oleh guru pelaksanaannya. Atau bisa juga meminta mereka merekan melalui audio atau video dan dikirim ke guru agar dapat di review. Kegiatan ini dapat dilakukan kelas asynchronous melalui google classroom. Di dalam kelas syncronous dapat digunakan metode talkshow panel. Misalnya dalam pelajaran sejarah. Tentang perang dunia ke II. Pilih 3 atau 4 siswa untuk merepresentasikan dan menirukan leaders dari negara yang berbeda dan minta mereka mengkomunikasikan dan mendiskusikan ide mereka di depan kawan-kawannya serta berikan kesempatan siswa lainnya memberikan pertanyaan untuk melatih thinking skill mereka. Berikan rubrik untuk semua siswa menilai kawannya dalam kegiatan talkshow panel tersebut.

 

7.    Virtual Exit Ticket

Dilaksanakan di akhir sessi dengan memberikan pernyataan atau pertanyaan yang dituliskan pada google doc. Siswa menjawab dan melaksanakan perintah tersebut secara pribadi langsung ke guru. Namun dapat juga dilaksanakan secara klasikal, sehingga siswa satu dengan yang lainnya dapat melihat, memberikan komentar dan juga saling memberikan tanggapan.

Gunakan open ended pernyataan/pertanyaan seperti di bawah ini agar dapat mendorong thinking skill siswa :

a.    Saya menemui hal yang paling menarik hari ini, yaitu..

b.    Hari ini saya merasa berat karena....

c.    Apa yang kamu pahami dengan baik?

d.    Hal apa yang masih membingungkan? Membuat kamu pusing?

e.    Adakah sesuatu yang tidak saya ketahui dari kalian?

f.    Apa yang kamu pikir penting 3 tahun dari sekarang?

g.    Bagaimana hubungan materi ini dengan pelajaran sebelumnya?

h.    Cara yang berbeda seperti apa yang telah kamu lakukan hari ini?


Sumber asli : https://www.edutopia.org/article/7-ways-do-formative-assessments-your-virtual-classroom


Sabtu, 28 November 2020

Independent Learning - Terjemahan

 

Siswa Belajar Sendiri? Bagaimana Caranya?

Dalam pembelajaran online maupun hybrid, ada 5  hal yang penting diperhatikan seorang guru sehingga menghasilkan pembelajaran yang efektif. Mengapa efektif? Disanalah dibangun Personalized Learning siswa belajar sendiri sebagai agency (pelaku aktif) pembelajarannya. Eric Sheninger  menyebutnya 5 elemen High-Agency, Personalized Learning, sebagai berikut : (1) voice  (2) choice (3) pace (4) path (5) place



Mengapa Voice?

Voice adalah suara. Bagaimana seorang guru memberikan perhatian terhadap kesempatan siswa berkomunikasi dan mengeluarkan ide /pendapatnya nya saat proses pembelajaran. Pilihlah metode yang tepat dalam pembelajaran yang dapat mengakomodir “voice”. Saat siswa terlibat dalam interaksi dan komunikasi saat itu terjadi pembelajaran pada diri mereka sebagai agency (pelaku aktif) dalam belajar sendiri (personalized learning)

Tool dalam pembelajaran online learning  maupun hybrid di bawah ini dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif adalah :

  1. Breakout Room di Zoom
  2. Nearpod (https://nearpod.com/)
  3. Seesaw (https://web.seesaw.me/)
  4. Canvas LMS (https://www.instructure.com/canvas/en-au)
  5.  Google Classroom (https://shakeuplearning.com/blog/35-google-classroom-resources-that-will-make-your-day/)

Mengapa Choice ?

Choice adalah pilihan. Bagaimana seorang guru memberikan kegiatan-kegiatan dalam beberapa opsi-opsi yang dapat dikerjakan siswanya, yang tertulis pada jadwal kegiatan dan dapat diakses siswa secara online atau dapat menggunakan tool “choice board”

Cek contoh di bawah ini :

Choice Board



Jadwal Kegiatan

Dengan memfasilitasi siswa opsi-opsi kegiatan tersebut, maka  pembelajaran menjadi lebih menarik karena siswa dapat memilih kegiatan yang mereka minat dan menarik untuk dikerjakan.

Mengapa Path?

Path adalah jalan/alur. Yaitu bagaimana seorang guru mengelola kegiatan dengan waktu yang tersedia. Kegiatan-kegiatan yang variatif dan adaptif. Baik untuk pembelajaran tatap muka/face to face (offline) atau remote learning (online)  dalam satu rentang waktu yang tersedia.

Cek contoh di bawah ini



Padlet adalah aplikasi daring gratis yang paling tepat diilustrasikan sebagai papan tulis daring. Padlet dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk mengirim catatan pada halaman yang sama. Catatan yang diposting oleh guru dan siswa dapat berisi tautan, video, gambar, dan file dokumen.


Gambar diatas adalah framework mengelola kelas pembelajaran (face to face and remote ) pada satu rentang waktu :

A.    A. Mini lesson/Opening

B.    B.  Stations (1,2,3)*

1. kegiatan elaborasi dengan tanya jawab

2 . kegiatan eksplorasi dengan tools teknologi (schoology, padlet, khan academy, dll)

3.  kegiatan refleksi dalam kegiatan independent atau bisa juga dengan Collaborative work.

C.    C. Formative Assesment/Penutup

 *Bisa kurang atau tambah

Mengapa Pace?

Pace menunjukkan pada kecepatan belajar  masing-masing siswa. Ada siswa yang memerlukan banyak waktu dan juga ada yang sedikit. Kemampuan siswa dalam mengatur waktu menjadi terlatih. Guru memberikan waktu yang cukup leluasa untuk siswa mengatur tugas-tugasnya secara online (asyncronous task), sehingga siswa tidak stress, dapat menyelami pembelajaran dan dapat menentukan prioritas dalam pengerjaan tugas-tugasnya. Guru dapat membimbing siswa yang memiliki pacing lebih lama karena kemampuan kognitifnya saat kegiatan ini secara personal. Pendekatan pembelajaran yang bervariasi untuk mengakomodir paced ini diperlukan, contoh pendekatan sentra*, flipped approach** dengan Bitmoji Classroom***

Asyncronous task : tugas-tugas yang diberikan secara online melalui bantuan teknologi. Di bawah ini contoh app yang dapat digunakan pada i-Pad. (https://www.profdigitale.com/padagogy-wheel/) , web dan android dan telah dihubungkan dengan Taksonomi Bloom.





Android Apps for Note Taking

·                Google Keep

·                Evernote

·                OneNote

·                ColorNote

·                Note Everything

Android Apps for Creating Portfolios

·                Weebly

·                Evernote

Android Presentation Apps

·                Google Slides

·                Prezi

Android Video Editing Apps

·                 Magisto Video Editor & Maker

·                 WeVideo Video Editor

·                 Animoto Video Maker

Android Digital Storytelling Apps

·                Comic and Meme Creator

·                AudioBoo

·                Talking Tom and Ben

·                WeVideo

·                Animoto

·                Flipagram

Android Apps for Creating Concept Maps

·                Mindomo

·                MindMeister

·                Mindjet

·                SimpleMind

Android Apps for Teaching Kids Coding

·                Tynker- Learn to Code

·                Ligthbot- One Hour Coding

·                Run Marco

·                Hakitzu Elite

Android Apps for Recording Audio

·                Easy Voice Recorder

·                Tape-a-Talk

·                Smart Voice Recorder

·                All That Recorder

Android Apps for Creating Comic Strips

·                Comic Strip It (Lite)

·                Bitsrtips

·                Comic Puppets Lite

·                Comic & Meme Creator

Android Apps for Reading and Literacy

·                Learn to Read: Monkey Junior

·                Phonics and Reading I Lite

·                Sight Words Learning Games

·                Learn the Alphabet (ABCs)

·                ABC Phonics

·                Super Why! from PBS KIDS

Android Apps for Unleashing Students Creativity

·                Book Creator

·                PicCollage

Android Apps for Learning English Grammar

·                English Grammar Test

·                English Grammar in Use

·                English Grammar Handbook

·                English Tenses

·                English Grammar Spell Checker

Android Apps for Learning A New Language

·                Duolingo

·                Busuu

·                Babbel

·                Rosetta Stone

·                Memrise

Android Apps for Music Teachers

·                Drum set

·                Real Drum

·                My Guitar

·                Piano Teacher

·                Flashnote Derby

Android Apps for Virtually Exploring World Museums

·                e-Museum


Website yang dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa untuk dapat dieksplorasi menjalankan asyncronous task sbb ( https://www.educatorstechnology.com/2017/02/the-ultimate-edtech-chart-for-teachers.html)

Categories

Websites

Websites for Math Teachers

·                Khan Academy

·                Ten Marks

·                The Math Forum

·                Math Drills

·                Get The Math

·                Aplus Math

·                Math TV

·                Math's Fun

·                Math Central

·                PBS Learning Math

·                Daum Equation Edior

·                TeX Equation Editor

·                g(Math)

·                Desmos

·                Table Calculator

·                Prodigy

·                Matific

·                Math Interactives

·                Access Maths

Websites for Science Teachers

·                PBS Learning Science

·                Khan Academy

·                Mosa Mack

·                Science Buddies

·                Science Kids

·                The Lawrence Hall of Science

·                Mystery Science

·                National Science Teachers Associations

·                Science Interactives

·                Smithsonian Education

·                National Science Digital Library (NSDL)

·                Science Printables

·                Understanding Science

·                Science Daily






Flipped Classroom :

 1.   Guru meneyediakan materi dalam bentuk video

2.   Siswa mendengarkan video pembelajaran kapanpun di rumah, sesuai dengan jadual kegiatan yang telah diberikan

3.   Siswa datang ke sekolah untuk mengerjakan latihan-latihan, project atau diskusi-diskusi dengan guru secara berkelompok

4.   Sekolah menjadi seolah workshop bagi siswa mengtes kemampuannya.

5. Guru dapat membimbing siswa yang diketahui masih belum menguasai konsep yang sedang dipelajari

Mengapa Place ?

Pembelajaran dapat terjadi dimanapun siswa berada, di sekolah atau di rumah dan dimana saja. Siswa dapat belajar sendiri selama guru memberikan stimulasi melalui kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan di capai. Hub (tempat) yang digunakan selama home learning maupun hybrid learning bervariasi, bisa menggunakan google calssroom, zoom + breakrout room, canvas, padlet, dll.

Maka perlu bagai guru menguasai teknologi sebagai tempat mereka melakukan pembelajaran. Sehingga bisa menyajikan pembelajaran yang efektif.