Kamis, 22 April 2021

5 Tips Agar Anak Merasakan OK Saat Kembali Ke Sekolah

 


Pendidik dapat melakukan cara sederhana untuk membantu mereka merasa OK saat mereka kembali masuk kelas

Setelah setahun lebih ini sekolah tutup karena kondisi pandemi COVID 19,  saatnya anak akan memasuki sekolah kembali di tahun pelajaran mendatang di bulan Juli 2021.

Keadaan mereka saat menjalankan pembelajaran online perlu di cek, bagaimana perasaannya, bagaimana kesiapannya untuk kembali ke sekolah lagi.

5 tips berikut dapat dilakukan :

1.     Set the stage (Memulai)

Komunitas kelas dan keterlibatan anak perlu dimulai dilakukan pendidik yaitu pertama gali pengalaman anak melalui percakapan-percakapan yang membangun kebersamaan dan jangan lupa ciptakan percakapan yang tetap menghargai mereka, penuh keterbukaan dan menujukan kolaborasi yang baik di antara anggota kelas. Tunjukkan kamu ada, kita semua ada, saling support, menghargai satu sama lain, dan pengakuan tentang pengalaman pengalaman yang mereka ceritakan. Kemudian berikutnya rasakan tumbuhnya keterikatan anak yang semakin meningkat pada kelasnya.

2.     Know that the only way out is through (ketahuilah melalui masa satu-satunya jalan keluar). Pembelajaran dari rumah sudah dilewati dalam waktu yang tidak pendek, oleh karenanya selain pengalaman-pengalaman ini perlu digali, perlu juga dilakukan percakapan-percakapan yang menggali tentang kekhawatiran dan harapan akankah kita bisa terus maju. Percakapan ini dilakukan sehingga tercipta ruang untuk kita bangun komunitas bersama-sama. Beberapa contoh pertanyaan untuk memulai percakapan ini sebagai berikut :

a.     Rasakan dan dengarkan serta pikirkanlah apa yang paling berat  dan yang paling disukai saat pembelajaran dari rumah?

b.     Rasakan dan dengarkan serta pikirkanlah apa yang paling dikhawatirkan saat kalian kembali belajar di kelas?

c.     Rasakan dan dengarkan serta pikirkanlah apa yang menjadi harapan kalian saat kembali belajar di kelas?

d.     Hal apa saja kira2 yang membuat kalian aman saat kalian pindah belajar di kelas?

e.     Siapa kira-kira orang yang dapat kalian temui untuk membantu saat kalian membutuhkan?

f.      Apa saja cara untuk mendukung orang-orang di sekitar kalian?

3.     Have students take an emotional temperature check (Berikan kesempatan anak mengecek temperatur emosinya). Saat kita membantu anak menamakan emosinya, maka hal tersebut akan lebih memberikan kontrol pada diri mereka terhadap situasi yang mereka hadapi, terutama situasi yang menunculkan emosi yang berat dan besar. Ketika anak mengetahui emosi yang sedang dirasakan, maka akan lebih mudah baginya untuk menerma emosi tersebut dan mengelolanya dan akhirnya merespon situasi menjadi lebih baik.

Tujuan kegiatan emotional temparature check adalah :

a)     Anak dapat menamakan emosinya sesingkat mungkin

b)    Anak dapat menerima emosinya saat itu dan mengkontrolnya dengan baik

Beberapa item check dengan model berikut :

A.    Model nuansa :

a)     Sedih atau sedang tersinggung?

b)    Senang atau sedang bersemangat?

c)     Sedang bercampur aduk emosimu?

d)    Mungkin sedang takut sekaligus semangat?

B.    Lakukan dengan berbagai cara baik secara langsung maupun tulisan untuk menghargai cara mereka mengekspresikan dan melaksanakan proses kegiatan ini. Mereka ada yang memilih bisa langsung mengekspresikan secara klasikal ada juga yang membutuhkan waktu untuk memikirkannya dan menuliskannya terlebih dahulu secara privasi kemudian membicarakannya secara one-on-one.

C.    Lakukan juga dengan berbagai kreatifitas seni sebagai space buat anak mengeksplor emosi mereka, seperti membuat kolase, mengecat, membuat meme, memahat, dll

4.     Guide students to do  a brain body scan (Bimbing mereka melakukan Scanning Pikiran dan Tubuh )

Saat anak tiba di sekolah dan diketahui mereka mengalami stress karena mungkin pembelajaran yang belum mereka kuasai atau tugas-tugas yang mereka belum selesaikan. Maka sebagai pendidik apa yang kita lakukan? Yang kita lakukan adalah bimbing mereka dan minta mereka melakukan kegiatan scanning pikiran (otak) dan tubuh. Mengapa? Kegiatan scanning ini memberikan kesempatan anak memperhatikan tubuhnya dari kepala sampai mata kaki. Mereka diajak merasakan apa yang sedang terjadi pada pikirannnya dan tubuhnya. Tarik nafas yang dalam dan atur nafas nya dengan baik dan berikan pertanyaan-pertanyaan ini :

a.     Bagaimana konsentrasi saya saat ini?

b.     Apa yang terasa pada kepala saya? Pada perut saya?

c.     Bagaimana energi saya? Sedang drop atau on?

d.     Apa sih yang saya perlu kerjaan sekarang?

e.     Apa saya lapar atau haus?

Pikiran dan tubuh kita dapat memberitahukan apa yang sedang kita butuhkan dengan hanya kita dengarkan saja.  Kita perlu pencet button apa saja pada bagian tubuh kita dan mulai tanyakan dan dengarkan. Tarik nafas dalam, berdiri dan jalan berkeliling, minum segelas air, pergi keluar dengan udara yang fresh, lakukan streching dan atau dengarkan lagu-lagu atau musik-musik yang disukai.

Kemudian berikan space anak untuk masuk pada kondisi OK mereka sebagai respon terhadap apa yang telah mereka dengarkan dari pikiran dan tubuh mereka.

5.     Set up a Choice Board Focused on Wellness (Setting Choice Borad yang berfokus pada menciptakan kondisi OK pada anak)

Seperti contoh choice board di bawah ini : Anak diminta memilih kegiatan yang disukai untuk menciptakan kondisi OK pada diri mereka. Ini merupakan latihan strategi untuk memproses memunculkan kondisi OK pada diri mereka, sebagai salah satu Strategi Kesehatan Mental yang penting diajarkan kepada anak. Choice board ini bisa diadaptasi untuk level mana saja.



terjemahan dari : 

            https://www.edutopia.org/article/5-tips-center-student-wellness-during-school-reentry

         By Kathryn Fishman-WeaverStephanie Walter


Minggu, 21 Maret 2021

Strategi Melibatkan Anak Pada Pembelajaran Online (Bagian II)


 Virtual Student Engagement

Keterlibatan behavioral (Perilaku)

Indikator keterlibatan perilaku anak adalah partisipasi anak dalam mengerjakan tugas-tugas selama proses pembelajaran baik saat kegiatan di kelas ataupun tugas mandiri saat selesai kelas.

Beberapa strategi agar keterlibatan behavioral anak ini meningkat seperti yang disebut di bawah ini :

A.    Aturan Kelas :

Adalah penting bagi anak dimanapun berada diajarkan kepada mereka apa yang baik dilakukan dan apa yang tidak baik dilakukan mereka. Praktekan cara mengajarkan aturan dengan melibatkan mereka (student-created norms). Kemudian hasil kesepakatan dari aturan yang dibuat bersama dipost di virtual classroom, terapkan aturan dengan konsisten dan selalu diingatkan kepada anak pentingnya aturan tsb, ciptakan rutinitasnya di dalam kelas, maka keterlibatan anak secara behavioral menjadi meningkat.

Langkah-langkah berikut dapat dicoba :

·       Collaboratively develop class norms for each portion of the virtual learning environment, yaitu ciptakan dan bangun bersama aturan kelas yang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar secara virtual. Coba tanyakan kepada anak, “Sebagai anggota kelas, kira-kira kelas seperti apa yang kalian inginkan?” Coba pikirkan satu kata yang mencerminkan kelas impianmu! Gunakan tools chat atau breakout room atau shared document untuk melead kegiatan ini.

·       Have students sign contracts for class norms, yaitu setelah ada kesepakatan tentang aturan kelas tersebut maka ajak anak memberikan tandatangannya di lembar aturan kelas tsb. Ini dilakukan agar tumbuh sense sebagai komunitas dan kepemilikian terhadap aturan tsb yang menyebabkan anak akan menunjukkan perilaku yang dibolehkan di komunitas kelasnya, serta tidak menunjukkan perilaku yang tidak dijinkan.

·       Consistently review the established norms, yaitu mereview aturan kelas tersebut secara konsisten. Buatkan gambar yang memvisualisasikan setiap aturan tersebut dan semua anggota kelas dengan mudah untuk merefernya, mengingatkan satu sama lain jika ada salah satu anak yang tidak mematuhi aturan tsb. Akan lebih kuat lagi jika aturan tsb  diposting di kelas virtual kita agar anak semakin ingat perilaku yang diharapkan dari mereka.

 B.    Praktekan teknik restorative

Yaitu melaksanakan pendekatan diskusi yang membangun hubungan saling menghargai sesama anggota kelas jika terjadi penyimpangan perilaku. Pendidik mencari akar permasalahan dari penyimpangan perilaku tersebut dengan dialog kepada si anak sehingga muncul kesadaran anak untuk menunjukkan perilaku positif yang diharapkan. Apa positifnya bagi anak jika anak melakukan perilaku tersebut, dan apa negatifnya jika mereka tidak melakukannya. Apa konsekuensi yang akan muncul jika anak melakukan perilaku yang tidak diharapkan. Bantulah anak untuk menjawab semua pertanyaan tersebut sehingga dapat melatih keterampilan berpikir merekam keterampilan berpikir kritis. Misalnya dalam mendiskusikan satu perilaku menyimpang, mereka memiliki pendapatnya sendiri tentang hal tersebut, dan kemudian ajak mereka berpikir dari sudut pandang orang lain.

Beberapa ide-ide yang bisa diterapkan yaitu :

·    Implement virtual community circles, yaitu buatlah sessi komunitas circle secara virtual, dan berikan kesempatan anak untuk mendiskusikan pemikiran mereka atau apapun yang mereka sedang pikirkan, biarkan mereka mendiskusikannya sampai mendalam sehingga benar-benar muncul hubungan atau relasi yang sangat bermakna di kelas mereka tersebut. Gunakan resources virtual yang mengajarkan tentang mindfulness (kebaikan),  self-awareness (kesadaran diri), and self-regulation (disiplin diri), misalnya reources yang paling terkenal dan sangat bagus digunakan  virtual mindfulness videos, digital gratitude activities, online coloring pages, and personal reflections.  Jika ini dijalankan maka akan tumbuh keterampilan sosial-emosi anak. Bisa dicek resources tadi pada website atau media digital lainnya.

·    Meet with students in a one-on-one meeting to discuss behavior issues, yaitu adakan meeting dengan anak, satu per satu untuk mendiskusikan masalah perilaku. Ada 5 langkah yang dapat dijalankan menurut sebuah panduan penerapan disiplin dengan teknik restorative yang dijalankan di  Hacking School. Penyusun menyebutnya  5 langkah tersebut adalah (1) Initiate, (2) Empathize, (3) Analyze, (4) Execute, and (5) Reflect (Maynard & Weinstein, 2019). Langkah tersebut dijalankan saat menangani masalah perilaku di sessi meeting dengan anak, satu per satu tadi atau dilakukan per grup kecil. Dengan mengimplemntasikan teknik restorative, anak akan belajar dari kesalahan yang mereka alami, kemudian mereka didorong agar dapat bertanggungjawab atas kesalahan tersebut,  dengan cara melakukan suatu rencana tindakan  sebagai konsekuensi yang timbul agar dapat memperbaiki kerusakan ataupun kesakitan yang timbul akibat kesalahan yang mereka lakukan. Buatlah meeting-meeting teknik restorative ini secara virtual

    C.    Collaborate with Other Supporters  yaitu kolaborasilah dengan tim (baik sesama pendidik atau  orang tua) 

     Tertulis di artikel Melisa ini ada 22 persen anak yang absen di kelas setiap hari (22 percent of students were missing class each day). Jadi sangat artinya bagi sekolah melakukan kolaborasi dengan tim (baik sesama pendidik atau orang tua) untuk mendapat bantuan pertolongan yang mereka butuhkan  agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

       Beberapa cara yang bisa dijalankan :

     Maximize family connection through technology, yaitu maksimalkan penggunaan teknologi untuk menjalin hubungan dengan orang tua.  Misalnya mengirim tips-tips parenting, berita kelas, shoutouts, and Snapshots of the Week. Ini contoh yang sangat menarik yang dapat dilakukan seorang pendidik agar bisa terhubung dengan keluarga dari anggota kelas mereka sepanjang waktu ini. . Sebuah resosurces yang banyak disukai orang tua yaitu Google Guidebook for Families and Students

·       Create a shared parent contact log, yaitu buatkan list kontak (log) orang tua yang dapat dishare sesama tim. Tim di sekolah Melisa mulai dari guru, konselor, koordinator orang tua, maupun asisten guru melakukan support maksimal bagi anak yang memiliki masalah perilaku. Setiap anggota tim berperan sebagai mentor untuk 4 atau 5 anak dan memiliki jadwal meeting setiap pekannya untuk menciptakan dan membangun hubungan yang baik.

        Keterlibatan Koginitif (Cognitive Engagement)

      3 komponen yang dibutuhkan dalam pembelajaran anak untuk membantu mereka secara aktif terkoneksi dengan materi pembelajarannya yaitu  (1) authentic learning experiences (pengalaman belajar otentik), (2) higher-order questioning (pertanyaan HOT), dan teachable learning strategies (strategi pembelajaran yang tepat)

     (1)   Authentic Experiences

      Yaitu sebuah pengalaman belajar saat anak dapat mengakses tanpa batas semua informasi melalui penggunaan teknologi  dengan hanya menyentuh tombol tertentu. Dengan demikian mereka mendapatkan berbagai informasi yang berhubungan dengan materi yang sedang mereka pelajari.  

      Sebuah  kegiatannya contohnya adalah :

·       Use virtual resources to build a more relevant learning experience, yaitu menggunakan sumber belajar virtual untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih relevan. Salah satunya dengan   menghadirkan ke dalam kegiatan kelas  virtual field trips, social media, video clips, dan gamified learning, agar anak menjadi lebih aktif berpartisipasi. BreakoutEDU menyediakan ruang – ruang digital dengan konten aplikasi yang telah disimulasikan.

    (2)   Higher-Order Questioning

     Sebagai pendidik perlu melatih anak mengubah keterampilan berpikir tingkat rendah (Lower order thinking) yang hanya menerima, mengingat dan memahami sebuah informasi kepada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher order thinking) walaupun di kelas virtual. Guru membuat latihan tersebut dapat menggunakan question starters dan menggunakan metode pembelajaran project-based learning, passion projects, dan  collaborative documents secara digital.

      Berikut ide yang bisa dicoba :

·       Use Bloom's Taxonomy to plan higher-order activities prior to the lesson, yaitu gunakan HOT Bloom Taxonomy pada materi pembelajaran. Tingkatan Bloom Taxonomy sebagai berikut  Remember, Understand, Apply, Analyze, Evaluate, and Create (Anderson and Krathwohl, 2001). The Bloom's Digital Taxonomy Pyramid menyediakan ide-ide menggunakan  online tools.

·       Provide multiple means of demonstrating knowledge, yaitu sediakan berbagai cara menjelaskan sebuah pengetahuan atau materi pembelajaran, The Universal Design for Learning Guidelines developed by CAST menyebutkan 3 prinsip yang harus diperhatikan saat mendesain pengalaman belajar yang berbeda, termasuk diantaranya aspek engagement, representation, action and expression.

·       Allow students to track progress in developing personalized focus skills, Yaitu ingatkan anak untuk mencatat setiap progress dari keterampilan yang harusnya mereka capai, dan catat secara mandiri oleh mereka, fokus keterampilan apa yang akan mereka capai. 21 century skill misalnya. Yaitu terdiri atas 12 keterampilan  yang meliputi critical thinking, creative thinking, collaborating, communicating, information literacy, media literacy, technology literacy, flexibility, initiative, social skills, productivity, and leadership (Battelle for Kids, 2019). Melisa meminta anak merencanakan action plan untuk melatih keterampilan tersebut dan merecord progressnya sampai pencapaian hasil akhirnya selama tahun pembelajaran berjalan.

     (3)   Learning Strategies

      Banyak anak menunjukkan tanggung jawab belajarnya saat pembelajaran online ini berlangsung. Pendidik menyampaikan pembelajaran dengan strategi belajar yang spesifik misalnya menunjukkan pendekatan neoroscience seperti ada tahapan rehearsing (latihan mengulang-ngulang), persistance (pantang menyerah), dan connecting prior knowledge (hubungkan dengan pengetahuan anak sebelumnya), akan membantu mereka untuk tumbuh kepemilikian (ownership)  dalam belajar mereka.  

      Beberapa ide dapat dicoba :

      Teach students virtual communication skills through establishing talking norms, yaitu ajarkan anak keterampilan komunikasi visual saat mendiskusikan tentang aturan berbicara. Saat anak mengetahui tujuan dari sebuah diskusi yang dilaksanakan melalui platform virtual ini, mereka akan menyadari dan memahami bagaimana seharusnya mereka berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Melisa dan anak-anaknya di kelas mensetting aturan menggunakan feature chat dengan baik dan bertanggungjawab.

     Show students how their brain works and processes new information, yaitu tunjukkan ke anak bagaimana proses menerima informasi baru terjadi pada otak mereka. Contohnya dengan mempraktekkan  metacognitive strategies, seperti  rehearsing ((latihan mengulang-ngulang), self-questioning (membuat pertanyaan-pertanyaan), and summarizing (membuat kesimpulan), di kelas, maka  akan muncul kesadaran diri pada anak tentang strategi belajar mana yang tepat untuknya. Kelas Melisa mempraktekkan sesi reflection dengan meminta anak menuliskan refleksi belajarnya tentang cara belajar apa yang telah mereka pilih tadi saat pembelajaran.

      Mudah-mudahan kita sebagai pendidik dapat mempratekkan strategi mana yang kita pilih agar dapat meningkatkaan keterlibatan anak baik secara emotional, behavioral dan cognitive, di tengah tantangan lain yang ada di hadapan kita.

 

Semoga bermanfaat,-

 

Referensi :

 

Melissa Childs is an instructional coach and a special education teacher at Salmon River Middle School in Fort Covington, N.Y

http://www.ascd.org/ascd-express/vol16/num13/virtual-student-engagement-isnt-impossible.aspx?_hsenc=p2ANqtz--pC5Nrt4540Zg12pZTIMWrn5JEi2LZkkX71mNiQKeMqJGGPg5RKxHCA6PZ3bLjNjwajTykt8gkduuNeZOvnVt-9HfbiiumByEpxiHJIOrdFRmpd4E&_hsmi=115378710

Selasa, 16 Maret 2021

Strategi Melibatkan Anak Pada Pembelajaran Online (Bagian I)

 

Virtual Student Engagement

 3 hal yang penting diperhatikan untuk mendorong keterlibatan anak pada pembelajaran online, yaitu bahwa keterlibatan ini mencakup 3 aspek sebagai berikut : (Fredericks, Blumenfeld, & Paris, 2004).

1.     Keterlibatan emosional

2.     Keterlibaan  behavioral

3.     Keterlibatan kognitif

Jika ketiga hal tersebut terpenuhi maka anak dapat meningkatkan student achievement.

Melisa menggambarkan ketiga aspek tersebut pada framework dari student engagement seperti pada gambar di atas.

Keterlibatan Emosional

Keterlibatan  emosional dapat terpenuhi jika pendidik membangun pada anak-anak  di dalam kelasnya 3 hal ini yaitu learning community (komunitas belajar), strong relationship (hubungan yang kuat) dan growth mindset (pola pikir bertumbuh). Dengan cara ini akan tumbuh pada diri anak rasa memiliki, rasa saling menghargai  diantara mereka, sehingga motivasi belajar mereka menjadi meningkat   

Learning Community 

Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk membangun learning community di kelas virtual kita, dan  ini menjadi sebuah tantangan tersendiri. Strategi tersebut misalnya :

  •  Establish team-building routines and rituals by having students take on class roles. Yaitu menciptakan peran bagi semua anak di kelas virtual kita, ada yang perannya pemimpin diskusi yang memimpin kelas saat sessi diskusi mulai, ada juga yang punya peran saat penutupan kelas dengan memberikan pertanyaan kepada temannya secara berpasangan atau secara berkelompok tentang apa yang telah kita pelajari pada sessi kelas kita dan apa yang telah kita capai pada pembelajaran kelas kita tadi.  Ini menjadi sebuah rutinitas atau ritual yang selalu terlihat setiap pembelajaran kelas walau dengan cara virtual, namun tetap dapat dibangun dan diciptakan strategi seperti ini. Karena suasana belajar demikian ini dapat menumbuhkan learning community pada kelas kita,
  •  Complete social-emotional check-ins at the beginning of class. Yaitu melengkapi check-ins social emotional si anak saat kita membuka sessi kelas kita. Boleh dengan memilih emotional feelings di kolom chat pada tools yang kita gunakan, atau kita buat semacam digital form untuk anak tuliskan di sesi tersebut, atau dengan kita buatkan journal harian secara online. Apapun caranya tersebut sesungguhnya dapat memberikan si anak kesempatan mengekspresikan perasaan mereka saat di awal sessi kelas kita, dengan demikian akan menumbuhkan rasa memiliki dan menghargai diantara anggota kelas dan kita sebagai pendidik.  
  • Provide opportunities for students to share their interests with their peers. Yaitu siapkan waktu yang tidak  terstruktur melalui jadwal pelajaran kesempatan mereka untuk berbagi dengan kawan kelasnya (peer grup) pada kegiatan show and tell, atau kegiatan Would Your Rather, atau kegiatan ngobrol-ngobrol diantara mereka. Dengan demikian walaupun secara virtual mereka tetap tidak kehilangan hubungan/koneksi di atara mereka sebagai sebuah komunitas kelas mereka.

Strong Relationship

Yaitu Hubungan yang kuat. Ini merupakan suatu yang tetap harus  dibangun walaupun tidak semudah saat kelas berlangsung secara offline. Pendidik dapat mengoptimalkan sessi virtual  class nya dengan menggunakan media digital discussion, share documents, atau online activities lainnya untuk dapat mengetahui lebih jauh ketertarikan dan minat belajar serta mengetahui learning style dan pasion mereka. Jika sudah tumbuh strong relationship ini pada anak-anak, maka tumbuh keyakinan pada jiwa pendidik bahwa anak-anak akan mampu menujukkan prestasi terbaiknya dan sebagai pendidik akan mampu mendorong agar anak menampilkan kemampuan terbaiknya dalam belajar. Saat mereka menemukan kesulitan, mereka tidak sungkan untuk meminta support dari kita sebagai pendidik.

Berikut ini beberapa strategi yang bisa digunakan :

  •  One-on-one or small-group virtual meetings with students. Yaitu virtual meeting untuk anak yang dilakukan satu per satu atau grup kecil. Sekolah dapat membuat jadwal misalnya 2 jam 30 menit dalam sepekan khusus sessi kita sebagai pendidik menjalin koneksi secara individu ataupun grup kecil agar anak dapat bercerita, dan pendidik dapat menemukan atau mengindentifikasikan kesulitan mereka serta kelebihan atau kekuatan  yang mereka miliki dalam proses belajarnya
  • Give students opportunities to collaborate. Yaitu berikan kesempatan anak untuk berkolaborasi di dalam proses pembelajarannya. Gunakan video discussion platforms, breakout rooms, and shared documents, sehingga anak dapat membangun relation (hubungan) yang kuat di atara mereka (teman sebaya) dan saling menyemangati serta mendorong untuk dapat naik ke tangga berikutnya meraih prestasi.  
  • Write down and incorporate student interests and strengths into class activities. Yaitu menuliskan list minat dan kekuatan anak serta mengakomodirnya dalam kegiatan di kelas. Ada   sebuah kegiatan yang dapat mengakomodir ini di sebuah sekolah yang diberi nama  Genius Hour Projects. Pada kegiatan ini anak dapat menemukan passionnya dan kegiatan ini juga sangat mempromote keingintahuan, keterampilan research, juga mengakomodir student choice (minat si anak yang menjadi pilihan mereka) dan otonomi anak (kepemilikian penuh si anak atas inovasi karya yang mereka buat)

 Growth Mindset (Pola Pikir Bertumbuh)

Selama pembelajaran online ini, anak memiliki tantangan besar untuk beradaptasi dengan digital platform yang digunakan yang mungkin saja dapat menimbulkan keputusasaan mereka, atau juga kelelahan karena seringnya beriinteraksi melalui screen. Oleh karenanya menjadi penting bagi pendidik untuk menanamkan pola pikir bertumbuh (growth mindset) kepada anak agar dapat survive dalam menjalani pembelajaran secara virtual.

Beberapa strategi yang dapat dicoba seperti di bawah ini:

  •  Instruction of growth mindset elements. Yaitu sejumlah kegiatan yang mensupport elemen dari pola pikir bertumbuh (growth mindset). Outline dari Carol S. Dweck (2017) menyebutkan ada 5 elemen yang dapat dikembangkan  dari pola pikir ini yaitu berani mengambil tantangan, kemampun persistance (bertahan) saat mengalami kegagalan,  mencari jalan agar dapat meraih kesuksesan, belajar dari kritikan-kritikan yang dihadapi, mendapatkan inspirasi dari kisah sukses seorangKegiatan “quote of the week” yang dillakukan di dalam kelas memberikan kesempatan anak mengembangkan pola pikir ini, melalui metode diskusi topik quote yang dipilih pada minggu tersebut.
  • Optimize technology to provide feedback and praise. Yaitu mengoptimalkan penggunaan media teknologi untuk memberikan feedback dan praise (pujian). Melalui posting di sosial media, virtual discussion boards,  digital class shout outs, dan mengirimkan emails ke orang tua, pendidik dapat share kebanggaan mereka terhadap anak dan karya-karyanya atau prestasi-prestasinya agar mereka dapat mencapai prestasi tertinggi mereka sendiri.
  • Give the students opportunities to learn the value of challenges. Yaitu berikan kesempatan pada anak untuk belajar tentang hikmah-hikmah (nilai-nilai)  dari sebuah tantangan yang diambil. Motivasi anak pada sebuah kelas yang dilead oleh Melisa menunjukkan peningkatan saat anak melakukan permainan Scavenger hunt atau kompetisi kelas lainnya.  

Berlanjut >>>>

 

Referensi :

 

Melissa Childs is an instructional coach and a special education teacher at Salmon River Middle School in Fort Covington, N.Y

http://www.ascd.org/ascd-express/vol16/num13/virtual-student-engagement-isnt-impossible.aspx?_hsenc=p2ANqtz--pC5Nrt4540Zg12pZTIMWrn5JEi2LZkkX71mNiQKeMqJGGPg5RKxHCA6PZ3bLjNjwajTykt8gkduuNeZOvnVt-9HfbiiumByEpxiHJIOrdFRmpd4E&_hsmi=115378710


Kamis, 11 Maret 2021

Apa kegiatan yang menarik di awal pembelajaran?

 


ANTICIPATORY SET

Sebuah strategi dalam pembelajaran yang dapat menarik perhatian anak. Anticipatory set digunakan untuk mempersiapkan anak belajar dengan menset pikiran mereka menerima instruksi. Bagaimana caranya? Yaitu dengan memberikan pertanyaan atau memberikan pernyataan yang mendorong ketertarikan anak, dengan menciptakan mental images, dengan mereview informasi, fokus pada minat anak, menginisiasi proses pembelajaran.

Anticipatory set dilakukan di menit-menit pertama proses pembelajaran

Yang penting pada anticipatory set ini adalah :

1.       Memunculkan ketertarikan anak pada pembelajaran

2.       Mengakses pengetahuan yang telah dimiliki oleh anak

3.       Melibatkan seluruh anak

4.       Mengarah pada tujuan pembelajaran

5.       Membantu anak pada proses belajarnya

Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada anticipatory set  adalah

  1. Picture prompt yaitu sekilas gambar
  2. Real-world problem of the day yaitu masalah yang nyata pada hari itu
  3. Current event or personal story yaitu event atau cerita personal ( anak, misalnya) yang terjadi saat itu
  4. Open-ended writing prompt that sparks inquiry and creativity yaitu berita tertulis yang dapat menggali keingintahuan dan kreatifitas anak
  5. Riddle yaitu teka teki
  6. Short, engaging video followed by a turn and talk yaitu video pendek yang kemudain dapat diikuti diskusi dengan teknik turn and talk
  7. Sensory exploration yaitu kegiatan eksplorasi melalui indera sensory (peraba atau penciuman)

Beberapa contoh aplikasi pada pembelajaran yaitu misalnya pada pembelajaran tema hewan, anak ditunjukkan gambar hewan dan diberikan pertanyaan sbb : “ Jika kalian dapat menjadi hewan, ingin menjadi hewan seperti apa? Dan mengapa? 

Kemudian contoh lainnya seperti pada gambar dibawah ini : 


Gambar ini ditunjukkan pada anak dan diberikan pertanyaan sbb : “Kira-kira pada yang terjadi dalam gambar ini? Apa yang kalian lihat sehingga kalian mengatakan kejadian itu? Apa lagi yang dapat kamu temui pada gambar ini?


 

Diterjemahkan dari : https://esheninger.blogspot.com/2019/09/opening-lessons-with-bang.html