Pertanyaan merupakan pintu terbukanya pengetahuan. Melalui pertanyaan, seseorang dapat mencari informasi yang ingin diketahuinya. Dalam berkomunikasi misalnya, saat pertama bertemu dengan orang baru, pastilah kita ajukan pertanyaan, “siapa nama anda? Dari mana anda berasal? Dimana anda tinggal?, dst” Sampai kita tahu informasi tentang orang tersebut.
Begitupun saat pembelajaran
di kelas. Keterampilan bertanya perlu dimiliki baik oleh guru maupun siswa. Siswa
akan terdorong menggunakan keterampilan bertanyanya saat mereka melihat contoh bagaimana
guru memberikan pertanyaan saat pembelajaran di kelas. Juga dari bagaimana guru
menyampaikan pembelajarannya dengan berbagai metode dan teknik diskusi serta
berbagai strategi cooperative learning yang lainnya yang memotivasi siswa
berbicara (student voice). Mereka menyampaikan pernyataan ide-idenya dari
pertanyaan yang diberikan guru dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan mereka
sendiri.
Kondisi saat ini masih terdapat
banyak siswa terlihat pasif di kelas, sedikit sekali pertanyaan yang muncul
dari mereka saat diberikan waktu oleh guru untuk bertanya jika ada yang tidak
dipahami dari penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Selain itu,
pertanyaan yang diberikan guru saat pembelajaran masih terlihat pertanyaan
pertanyaan tingkat rendah. Seperti, siapa
yang mengetahui arti “…”, Apa itu “…”? Dimana ditemui “…”? Kapan terjadi “…”?
dst.
Kemampuan guru memberikan
pertanyaan perlu dikembangkan jika melihat kondisi saat ini. Kemampuan ini berhubungan
dengan penggunaan metode pembelajarannya. Jika metode yang digunakan ceramah
saja, maka kemampuan bertanya guru akan kurang tereksplorasi. Disebabkan dalam
metode ceramah, guru aktif menjelaskan materi pembelajaran. Sedangkan jika guru
memilih metode lain, seperti diskusi, eksperimen, demonstrasi, simulasi, tanya
jawab, dan lainnya maka guru dipaksa untuk dapat membuat pertanyaan agar siswa terdorong
mengetahui lebih dalam pemahaman mereka tentang materi yang sedang dipelajari. Kelas
terlihat aktif interaktif saat metode dan keterampilan bertanya dipraktekkan dengan
benar dan tepat.
Keterampilan bertanya guru
maupun siswa menjadi sangat penting untuk terus ditingkatkan apalagi era sekarang
ini. Dengan implementasi Kurikulum Merdeka, maka semua pembelajaran dapat mendorong
terbentuknya keterampilan berpikir kritis dan kreatif melalui pembelajaran berbasis
projects, inquiry based, maupun pembelajaran STEM (Sains, Teknologi, Engeneering,
Math). Selain itu di sekolah-sekolah internasional saat ini juga terus diberlakukan
inovasi-inovasi pembelajaran yang mengimplementasikan pentingnya pertanyaan yang
mendorong terbentuknya keterampilan berpikir tingkat tinggi (creative thinking)
pada siswa dan pembelajaran yang lebih dalam (deeper learning). E Scheninger
dalam bukunya “Desruptive Thinking” membahas tentang 4 type pertanyaan yang
mendorong terjadinya pembelajaran yang lebih dalam (deeper learning). Penelitian
oleh Tofade, Elsner, and Haines (2013) menyatakan :
Well-crafted questions lead
to new insights, generate discussion, and promote the comprehensive exploration
of subject matter. Poorly constructed questions can stifle learning by creating
confusion, intimidating students, and limiting creative thinking.
Teachers most often ask
lower-order, convergent questions that rely on students’ factual recall of
prior knowledge rather than asking higher-order, divergent questions that
promote deep thinking, requiring students to analyze and evaluate concepts.
Guru lebih sering menggunakan
pertanyaan yang lower-order, pertanyaan konvergen yang hanya meminta siswa
menghafal, menyebutkan pengetahuan yang mereka telah ketahui. Dibandingkan
penggunaan pertanyaan yang higher-order, pertanyaan divergen yang mempromosikan
berpikir mendalam, meminta siswa menganalisa dan mengevaluasi sebuah konsep.
shared four types of
questions that can do just that while setting the stage for deeper learning.
Below is a summary:
Menurut E Scheninger, 4 tipe
pertanyaan yang dimaksud di atas adalah :
1.
Pertanyaan Open-Ended
: pertanyaan yang meminta siswa agar dapat menjelaskan apa yang mereka pikirkan,
apa pendapat mereka, apa ide mereka terhadap suatu materi, konsep, pengetahuan,
informasi yang sedang mereka pelajari. Mereka diminta menyampaikannya, bisa tentang
perasaan mereka, detail-detail yang mensupport pendapatnya, sikap mereka maupun
apa saja yang menggambarkan pemahaman mendalam mereka terkait ide, pengetahun,
informasi yang sedag dipelajarinya tersebut. Pertanyaan open ended ini tidak
ada jawaban yang benar definitely maupun jawaban salah.
2.
Pertanyaan jenis Evidence-Based,
pertanyaan yang menghendaki disertainya bukti-bukti yang mendukung dalam
mengemukakan pendapat atau merespon pertanyaan tersebut. Penggunaan bukti-bukti
tersebut akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih dalam tentang konten yang
sedang dipelajarinya. “Dari mana kalian tahu bahwa “….”? Apa bukti yang
mendukung pendapat kalian tentang “…”? Penggunaan pertanyaan jenis ini cocok
digunakan saat melaksanakan metode debate, diskusi yang mendalam tentang sebuah
topik yang sedang dipelajari di kelas.
3.
Pertanyaan jenis Critical
Explanatio, dengan penggunaan kata tanya “Mengapa” atau “Bagaimana”, sehingga
siswa dibawa untuk berpikir lebih dalam lagi saat menjawab sebuah pertanyaan
atau permasalahan yang sedang dipelajarinya.
Jenis pertanyaan ini mengarahkan siswa untuk lebih berpikir kritis, menemukan alasan atau argumen dari pendapatnya.
4.
Pertanyaaan jenis
Dissenting Voice, jenis pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir dan
mempertimbangkan pandangan yang berbeda dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan
selanjutnya dari satu pertanyaan inti.
Menurut E Scheninger saat
guru menggunakan tipe pertanyaan di atas, maka pembelajaran yang lebih mendalam
(deep learning) menjadi nyata. Namun kita harus memperhatikan strategi pembelajaran
yang akan digunakan. Penggunaan Rigor Relevance Framework disarankan untuk
dipraktekkan agar dapat lebih lagi meningkatkan penggunaan pertanyaan yang
lebih baik lagi untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
Berikut bagan dari Rigor Relevance
Framework






