Pada sebuah presentasi sosialisasi program rintisan sekolah bertaraf internasional yang diselenggarakan oleh sekolah dihadapan sejumlah orang tua siswa, didapati beberapa ketidakjelasan. Aneh sekali....padahal mestinya dengan diadakannya sosialisasi tersebut maka informasi menjadi jelas. Acara itu dibuka oleh sambutan ketua komite sekolah yang memaparkan latar belakang adanya program RSBI dan pentingnya peran orang tua dalam mendukung program tersebut. Kemudian disusul dengan uraian global tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan nantinya diikuti oleh siswa.Contoh tentang kegiatan didatangkannya native speaker.Pernah kegiatan ini dilakukan pada tahun lalu, native speakernya tidak cocok dengan siswa-siswanya. Kemudian para siswa meminta pihak sekolah untuk mengganti dengan native speaker yang lain yang sesuai dengan kriteria mereka. Oleh pihak sekolah permintaan tersebut dilayani. Haruskah seperti itu? Tidakkah sekolah memiliki kriteria yang telah ditetapkan dalam SOP (Standard Operarional Prosedur)nya atau juklak/Juknis penyelenggaraan RSBI dari Diknas terkait. Atau tidakkah sekolah memiliki kerjasama dengan lembaga tertentu yang bersertifikat internasional seperti Cambridge University untuk khusus program bilingual mereka. Ini tidak disebutkan pada presentasi itu.
Pada akhir sessi tibalah penjelasan biaya, yang dirasakan oleh hampir semua orang tua sangat besar, apalagi jumlah pararel kelas bertambah yang otomatis ada penambahan jumlah siswa dibanding dengan tahun sebelumnya. Respon orang tua menunjukkan keberatan atas biaya yang ditetapkan tersebut. Masukan dan permintaan agar ditinjau ulang,bahkan sampai pada cara pembayaran, tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Sehingga banyak dari mereka yang kemudian meninggalkan ruangan, sementara mereka yang tinggal masih mengusahakan agar dapat diperingan tentang biaya tersebut. Yang sangat ironis sekali ketua komite yang seharusnya bisa menampung aspirasi sebagian besar harapan orang tua tidak dapat ditunjukkannya. Pertemuan tersebut berakhir tetap dengan scenario sekolah, orang tua siswa silahkan memilih, take this programme and pay immediately or no........................................
Kisah diatas memperlihatkan sistem pendidikan yang masih poor di negara kita tercinta ini. Praktek cari duit sebanyak-banyaknya masih menjadi jiwa para pendidik, tanpa mengimbangi dengan peningkatan kualitas mereka serta program-program yang ditawarkan.
Kalau sudah seperti ini para konsumen yaitu para orang tua dihadapi sebuah pilihan yang sangat tidak mengenakan. Mereka ingin agar putra-putrinya mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tapi tidak didapatinya. Yang ada hanya biaya pendidikan saja yang mahal tapi kualitasnya minim.Semoga saja keadaan ini bisa berubah...........
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Pertanyaan merupakan pintu terbukanya pengetahuan. Melalui pertanyaan, seseorang dapat mencari informasi yang ingin diketahuinya. Dalam ber...
-
Tulisan ini terjemahan dari artikel EDUTOPIA tentang PBL (PROJECT BASED LEARNING) 1. BERIKAN SISWA OTENTIK PERAN DALAM KEGIATAN Si...
-
Tidak terasa sudah lebih dari 9 bulan pembelajaran online berlangsung di semua sekolah. Guru dan siswa banyak mengeluhkan kejenuhan menja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar